Badung, CNN Indonesia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendorong maskapai asing masuk ke Indonesia.

Hal ini untuk merespons kebutuhan transportasi udara masyarakat Indonesia di tengah minimnya armada yang ada di Indonesia.

“Sekarang kita mau dorong airline asing masuk ke dalam tapi kita tata,” ungkapnya usai memimpin konferensi pers Ekspedisi bersama Indonesia-OceanX, di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (15/5).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agar asing masu masuk, Luhut bahkan menyebut mereka bakal dibolehkan menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan maskapai yang beroperasi di Indonesia.

“Misalnya dulu ada aturan tidak boleh (asing) majority sahamnya. Kalau kau (investor lokal) tidak bisa penuhi, masa orang menderita? Pariwisata kita rusak kan? Boleh saja majority,” ujarnya.

Aturan jadul yang dimaksud Luhut adalah Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal alias Perpres Daftar Negatif Investasi.

Berdasarkan Perpres DNI yang kini tak berlaku itu, penyertaan modal asing di bisnis maskapai dalam negeri dibatasi maksimal 49 persen. Komposisi modal nasional harus tetap lebih besar dari keseluruhan pemilik modal asing (single majority).

Luhut lantas bercerita keinginannya agar asing bisa masuk ke industri penerbangan di Indonesia didasari keluhan turis mancanegara. Saat itu katanya, ada penumpang Garuda Indonesia asal Jepang yang mengeluhkan maskapai di Tanah Air sedikit. Padahal banyak penumpang pesawat yang membutuhkan angkutan tersebut.

Luhut mengatakan dengan hadirnya asing di bisnis penerbangan domestik, maskapai lokal nantinya harus berkompetisi. Kondisi saat ini, masyarakat harus mengeluarkan biaya tinggi untuk bepergian.

“Sama seperti (airline) Garuda sekarang, tadi penumpangnya komplain dari Jepang. Begitu banyak orang mau naik, airline-nya kurang, mesti lewat mana, akhirnya mahal,” ujarnya.

Masalah armada pesawat ini juga pernah disinggung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pada November tahun lalu. Menurutnya, salah satu penyebab harga tiket pesawat masih mahal usai pandemi covid adalah jumlah pesawat beroperasi yang masih sedikit.

“Kalau bicara jumlah pesawat saja masih kurang. Pak Menhub (Budi Karya Sumadi) mengatakan 440 (pesawat), kebutuhannya 700 (pesawat), makanya tiket masih mahal,” ucap Erick di kantor Kementerian BUMN, Kamis (23/11).

Senada, Menhub Budi Karya Sumadi juga sempat mengungkap jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia mengalami penurunan secara drastis. Bahkan, suku cadang pesawatnya pun terbatas. Hal tersebut dikarenakan industri aviasi yang belum pulih total pasca covid-19.

“Di Indonesia yang semula 650 pesawat, sekarang tinggal 400. Itulah yang terjadi apabila kita ke satu tempat dan tempat yang lain kita kesulitan untuk melakukan penerbangan,” ujar Budi dalam acara Kompas100 CEO Forum, Rabu (1/11).

[Gambas:Video CNN]

(kdf/pta)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *