Jakarta, CNN Indonesia

Menteri Keuangan Sri Mulyani pamer soal kebijakan fiskal yang responsif di masa pandemi mampu menahan pelemahan ekonomiĀ ekonomi Indonesia hanya sebesar minus 2,1 persen pada 2020.

Menurutnya, angka itu lebih baik baik dibanding negara-negara tetangga di ASEAN.

“Jauh lebih baik dari level kontraksi negara tetangga, seperti Filipina minus 9,5 persen, Thailand minus 6,2 persen, Malaysia minus 5,5 persen, dan Singapura minus 3,9 persen,” ucap Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna DPR RI, Senin (20/5).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun berikutnya, yakni 2021 ekonomi RI pun kembali tumbuh positif 3,7 persen dengan nilai produk domestik bruto (PDB) riil yang telah melampaui level pra pandemi 2019.

Sri Mulyani menilai Indonesia menjadi negara tercepat dibandingkan lima negara ASEAN lainnya. Pasalnya, negara-negara itu belum berhasil kembali ke level pra-pandemi.

“Dalam dua tahun terakhir 2022-2023, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, selalu di atas 5 persen, di tengah perlambatan ekonomi global,” ujarnya.

Selain itu, kolaborasi kebijakan fiskal dan moneter yang solid dan efektif, dapat mengendalikan inflasi di level moderat. Sri Mulyani menuturkan jika dibandingkan banyak negara di tengah risiko imported inflation yang dipicu lonjakan harga komoditas.

Berdasarkan catatannya, pada 2022 inflasi Indonesia tercatat hanya di level 6 persen, di tengah inflasi global yang sangat tinggi. Lihat saja, inflasi AS mencapai 9,1 persen, Eropa 10,6 persen, Inggris 11,1 persen, bahkan Argentina dan Turki yang mengalami inflasi sangat tinggi (hyperinflation).

Saat ini, inflasi RI berada di kisaran 3 persen, level yang relatif sehat bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,” ujar Sri Mulyani.

Lebih lanjut, ia mengatakan upaya percepatan reformasi struktural melalui strategi hilirisasi terutama sumber daya alam juga membuahkan hasil yang nyata.

Hal ini tercermin pada peningkatan kinerja ekspor dalam beberapa tahun terakhir.

“Nilai ekspor di tahun 2022 mencapai U$292 miliar, meningkat dari U$176 miliar pada 2014, dan merupakan rekor tertinggi dalam sejarah,” tutur Sri Mulyani.

Pada 2022, surplus neraca perdagangan juga mencatatkan rekor tertinggi, US$54,5 miliar, Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan 2014 yang defisit US$2,2 miliar.

Sri Mulyani menuturkan lonjakan tajam dari kinerja ekspor terutama disumbang dari produk hilirisasi, utamanya produk nikel dan CPO. Pada 2023, posisi neraca perdagangan memang sedikit menurun akibat pelemahan ekonomi dan turunnya harga komoditas.

Kendati, angkanya masih mencatatkan surplus cukup besar, yakni US$36,9 miliar. Ia pun mengklaim hilirisasi berhasil menciptakan sumber pertumbuhan baru di luar Pulau Jawa.

“Provinsi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara bertumbuh secara signifikan ditopang hilirisasi nikel, di mana di 2023, masing-masing tumbuh 6,4 persen dan 6,9 persen, jauh lebih tinggi di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 5,05 persen,” paparnya.

[Gambas:Video CNN]

(mrh/pta)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *